Cerita legenda Asal usul Danau Toba memang sudah tidak asing di telinga kita, orang Indonesia.
Cerita yang berasal dari Sumatra ini memang cukup kondang sehingga menarik banyak wisatawan.
Baik itu wisatawan asing maupun wisatawan lokal yang sering datang berkunjung ke lokasi Danau Toba, hanya untuk menikmati keindahan pemandangan alam di sekitarnya.
Seperti apa kondisi Tempat wisata Danau Toba? Tentunya sangat menawan.
Air yang menggenangi danau yang sangat luas memberikan pemandangan yang sangat indah, pulau – pulau di sekitarnya juka Nampak hijau dan segar.
Tanah nya yang masih terbilang alami dan tidak banyak polusi memanjakan pernafasan kita sehingga terasa segar.
Apakah kalian sudah tahu bagaimana cerita legenda asal usul danau toba yang fenomenal ini? Yuk simak kisahnya!
Cerita Legenda Danau Toba dan Asal Usul Danau Toba Terbentuk
Pada zaman dahulu lahirlah Toba, bayi dari pasangan miskin yang tinggal di tengah hutan dan gubuk kecil.
Tak lama selang Toba lahir, ibunya meninggal dunia.
Toba kecil hidup dengan ayahnya saja.
Namun, saat usianya beranjak remaja ayah Toba menyusul kepergian ibunya. Ayah Toba juga meninggal dunia.
Akhirnya Toba hidup sendiri di gubuk kecil itu.
Kemampuannya bercocok tanamlah yang kemudian menghidupinya sehari – hari.
Ia Bertani dengan sukses, sayur mayur yang ditanamnya tumbuh subur dan hijau.
Keterampilannya Bertani memang tidak diragukan lagi sehingga banyak warga yang mengenalnya.
Jenuh terlalu lama hidup sendiri, akhirnya Toba mencoba mengembara ke berbagai daerah yang ada di Sumatera untuk mendapatkan pendamping hidup.
Banyak wanita cantik ditemuinya namun hatinya belum juga tertarik meminangnya.
Pengembaraan terus dilakukan hingga ke ujung pelosok, namun Toba belum juga menemukannya.
Akhirnya dia memutuskan kembali ke rumahnya, gubuk kecil di mana ia tinggal dahulu.
Diapun kembali Bertani dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Pagi hari ia sudah sibuk mengurus tanaman sayurannya di belakang rumahnya hingga sore hari.
Meskipun ia merasa jenuh dengan aktivitasnya yang hanya menggarap pekarangannya, ia terus melakukannya dengan ulet dan telaten.
Akhirnya, sore hari setelah menggarap pekarangannya ia memilih aktivitas untuk memancing di sungai yang tak jauh dari rumahnya.
Ia berjalan kaki ke tepi sungai melewati hamparan – hamparan sawah petani lain.
Di sepanjang perjalanannya menuju sungai, Toba berharap akan mendapatkan ikan hasil pancingannya yang banyak.
Mulailah ia memancing. Seekor cacing di tancapkannya pada mata pancing untuk umpan ikan di sungai.
Namun, selang setengah jam berlalu ia belum juga mendapatkan ikan.
Sepertinya ikan di sungai itu enggan memakan umpan dari Toba.
Toba terus bersabar, hingga kemudian ada ikan memakan umpannya.
Seekor ikan nila diperolehnya, dan diapun kembali memasang umpan di mata pancingnya.
Tak selang beberapa lama ada ikan nila yang ukuran kecil diperolehnya.
Sekarang, Toba sudah memperoleh 2 ikan nila.
Toba merasa sudah cukup dengan hasil tangkapannya untuk makan malam dan diapun memutuskan untuk pulang.
Dibakarnya ikan hasil memancingnya itu.
Kemudian ia menyantapnya dengan lahap karena memang selama ini lebih sering memakan sayur ketimbang ikan.
“lezat sekali.” Gumamnya di tengah – tengah makan malamnya itu.
Saking kenyangnya, Toba pun tertidur lelap di atas dipannya yang terbuat dari bambu.
Kemudian, tanpa disangka ia bermimpi bertemu bidadari cantik.
Di dalam mimpinya ia bertemu bidadari itu di tepi sungai yang sore tadi ia jadikan tempat memancing.
Suara kokok ayam di pagi hari memutus mimpi Toba.
Toba terbangun dari tidurnya dan mimpinya bertemu dengan bidadaripun usai.
Toba terduduk merenungi mimpi itu dan ia sangat menginginkan mimpinya itu menjadi nyata.
Akhirnya, Toba memutuskan untuk tidak mengurus tanamannya pagi ini.
Dia memilih kembali ke tepi sungai sembari memancing.
Dalam pikirannya, ia akan menemukan sosok wanita cantik seperti dalam mimpinya.
Namun, 2 jam berlalu, tidak ada bidadari yang datang menghampirinya, bahkan ikan saja belum mau memakan umpannya.
Tabiat Toba yang sedikit pemarah akhirnya memutuskan untuk pulang.
Sebelum merapikan pancingnya, tiba – tiba ada ikan besar menyambar umpannya.
Toba terkejut dan tampak kesulitan menarik gagang pancingnya.
Dia tidak menyangka akan dapat ikan sebesar itu.
Dimasukkannya ikan hasil tangkapannya itu ke dalam ember.
Toba terheran – heran baru pertama kali melihat ikan jenis ini.
Buntutnya sangat indah dan matanya bersinar – sinar.
Hatinya sangat riang karena makan siangnya akan lebih lezat dengan menu ikan yang baru didapatnya.
Sesampainya di rumah, ia menaruh ember berisi ikan itu di dapur.
Namun, karena melihat kayu bakar untuk memasak ikan habis, ia akhirnya pergi mencari kayu bakar di kebun samping rumahnya.
Setelah cukup, ia kembali ke dapur.
Alangkah terkejutnya Toba ketika mendapati ikan hasil pancingannya telah hilang dari wadahnya.
Ketika ia sedang merenung, tiba – tiba ada cahaya berkilatan datang dari kamarnya.
Dengan penuh rasa penasaran Toba menghampiri kamarnya sambil mengendap – endap.
Toba dibuat kembali tercengang keheranan saat mendapati ada wanita cantik duduk di dipan kamarnya.
Wanita itu sangatlah cantik dan diapun belum pernah mendapati wanita secantik itu.
Walaupun saat pengembaraannya dahulu, ia juga belum pernah mendapati wanita secantik itu.
Rambutnya panjang terurai, matanya bening.
Wanita itu tersenyum menunjukan pipinya yang merah.
Toba pun semakin terpesona dengan kecantikan perempuan itu.
Ia seakan ingin cepat – cepat melamarnya untuk menjadikan wanita itu istrinya.
Tanpa pikir panjang, Toba mengutarakan perasaannya pada wanita itu dan mengajaknya menikah.
“Toba, sebelum saya menerima lamaranmu sebaiknya saya ceritakan dahulu asal usulku.
Mengapa aku bisa sampai di rumahmu.” Ucap wanita cantik itu.
“Baiklah, saya akan menerima apapun asal usulmu.” Jawab Toba
Setelah itu, wanita cantik itu bercerita bahwa dia adalah jelmaan ikan yang tadi siang dipancingnya.
Dia mau menerima lamaran Toba dengan syarat Toba tidak akan mengungkit asal usulnya itu.
Kemudian Toba menyanggupi syarat tersebut, merekapun menikah.
Setelah menikah, mereka dikarunia anak yang kemudian diberi nama Samosir.
Akibat dimanjakan oleh ibunya, Samosir memiliki tabiat sebagai anak pemalas.
Setiap diperintah oleh orangtuanya, Samosir kerap menolak.
Pada suatu hari, Samosir diminta tolong oleh ibunya untuk mengantarkan makan siang untuk Toba ayahnya yang sedang mencangkul di ladang.
Namun, Samosir menolaknya.
Dengan bujukan ibunya, Samosir akhirnya dengan terpaksa melaksanakan perintah ibunya itu.
Karena Samosir merasa kelaparan, saat di tengah jalan ia memakan sebagian makanan yang dibawanya untuk ayahnya.
Setelah sampai di ladang, Toba marah besar mendapati makan siangnya tersisa sedikit.
Akhirnya, Toba memarahi anaknya dan mengucap sumpah serapah.
Saking marahnya, Toba bahkan mengucapkan “dasar anak ikan!”.
Samosir akhirnya pulang sambil menangis karena mendengar ayahnya menyebutnya anak ikan.
Kejadian tersebut diceritakan ke ibunya.
Ibunya sangat sedih karena ternyata Toba sudah melanggar syarat yang tidak akan pernah mengungkit asal usulnya.
Diperintahnya Samosir untuk naik ke bukit dan memanjat pohon tertinggi di sana.
Dan larilah si Samosir untuk memenuhi perintah ibunya.
Tak berselang lama setelah Samosir sampai di puncak pohon, ibu Samosir mengubah dirinya menjadi ikan dan menenggelamkan rumah beserta ladang yang sedang digarap Toba.
Toba pun tenggelam dan tak terselamatkan lagi.
Sedangkan Samosir selamat karena telah menuruti perintah ibunya.
Hal inilah yang menjadi cerita legenda asal usul danau toba dan pulau di tengah danau itu disebut pulau Samosir.
Kesimpulan
Berikut adalah cerita legenda asal usul Danau Toba terbentuk.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita legenda danau toba dan asal usul danau toba ini adalah jangan sekali – kali mengingkari perjanjian yang sudah kita janjikan.
Layaknya seperti Toba yang mengingkari janji untuk tidak mengungkit asal usul istrinya.
Selain itu, kesimpulan dari cerita legenda danau toba ini adalah janganlah menjadi anak pemalas seperti Samosir.
Karena tabiat pemalasnya Samosir ini yang membuat orangtuanya menjadi geram.
Karena menyakiti hati orang tua itu dosa, maka jadilah anak patuh dan berbakti kepada orang tua.