Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan sudah sangat familiar sekali di telinga masyarakat Indonesia, bahkan tertulis dalam Babat Tanah Jawi.
Dimana cerita Jaka Tarub ini mengisahkan tentang Jaka Tarub yang bertemu dengan Dewi Nawang Wulan.
Dimulai dari cerita Jaka Tarub inilah yang diyakini sebagai awal mula keturunan beberapa raja Mataram.
Cerita Jaka Tarub bermunculan berbagai versi, meski secara garis besarnya masih memiliki alur cerita yang masih sama.
Simak langsung cerita rakyat Indonesia yaitu cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan.
Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan
Cerita Jaka Tarub ini bermula dari seorang pemuda yang bernama Jaka, tinggal di sebuah rumah yang berada di pinggir hutan.
Si pemuda ini biasanya menghabiskan waktunya untuk memancing.
Kemudian hasil pancingannya akan dijual untuk memenuhi segala kebutuhan harian dirinya dan ibu tercintanya.
Hingga suatu ketika, dirinya memiliki inisiatif untuk memancing di sebuah sungai yang terletak di dalam hutan.
Pemikiran tersebut terlintas begitu saja.
Karena jika dipikirkan, mungkin ada banyak ikan karena tidak ada seorang pun yang memancing di tempat tersebut.
Gumaman di dalam otaknya, membuatnya langsung menuju hutan yang dimaksudkannya.
Sesuai dengan perkiraannya, disana hanya ada banyak macam binatang dan tidak ada seorang pun yang mendatangi hutan.
Melihat kondisinya yang begitu menguntungkan, tanpa pikir panjang ia pun melemparkan kailnya.
Belum mendapatkan ikan yang dicarinya.
Dia kemudian dikejutkan dengan adanya tujuh warna yang terlihat melengkung di langit biru.
Berbagai warna tersebut kemudian mendarat di ujung sungai, tepat dimana dirinya sedang memancing.
Merasa penasaran dengan apa yang dilihatnya barusan.
Ia pun mengejar ketujuh warna tersebut sembari tiada henti mengagumi warna tersebut.
Jaka Tarub Bertemu dengan Bidadari
Rasa penasarannya, ternyata membawanya untuk bertemu dengan tujuh wanita cantik yang tengah bermain air di dalam sungai tersebut.
Bahkan dari kejauhan, semerbak bau wangi mulai tercium dan terasa menenangkan hati.
Melihat semua ciri-ciri tersebut, ia menyadari bahwa beberapa wanita yang dilihatnya merupakan tujuh bidadari yang turun dari kahyangan.
Jaka Tarub pun hanya bisa mengintipnya dari semak-semak saja agar tidak ketahuan.
Melihat kecantikan sang bidadari, ia pun bergumam bahwa ingin menikahi salah satu dari mereka.
Usai mengucapkan kalimat tersebut, terbesitlah sebuah ide yang mungkin bisa mewujudkan impiannya tersebut.
Secara perlahan dirinya mulai mendekat ke dungai, dan mengambil salah satu selendang dari bidadari tersebut.
Berhasil menjalankan misinya, ia pun menyimpan selendang tersebut di dalam pakaiannya.
Siapa sangka bila perbuatannya tersebut, ternyata bisa menarik salah satu bidadari tersebut menjadi istrinya.
Menjelang sore hari, para bidadari cantik tersebut sudah mulai lelah bermain air.
Sang bidadari tertua pun menyarankan, agar mereka segera bersiap terbang menuju kahyangan.
Selagi yang lain sedang bersiap siap, satu bidadari tampak kebingungan dan mulai mencari sesuatu.
Menyadari bila selendangnya menghilang, dirinya sadar tak bisa kembali ke kahyangan.
Tak mungkin mereka semua menunggu, keenam bidadari lainnya akhirnya meninggalkannya seorang diri.
Ditinggal oleh kawanannya, membuat sang bidadari yang kehilangan selendangnya merasa sangat sedih.
Melihat kesedihan tersebut, pemuda cerdik ini perlahan mendekati bidadari tersebut.
Ia bertanya siapa nama si cantik jelita tersebut, dan kenapa dirinya merasa sedih.
Sang bidadari menjawab dengan jujur, yang membuat si pemuda semakin penasaran.
Untuk memastikan apa yang dilihatnya, pemuda ini pun bertanya apakah Nawang Wulan adalah bidadari.
Siapa sangka, sang bidadari tersebut menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya.
Tak menunggu waktu lama, ia pun mengajak Nawang Wulan menuju rumahnya.
Tidak tau harus pergi kemana, bidadari cantik ini menerima tawaran tersebut untuk singgah di rumahnya.
Jaka Tarub Menikahi Nawang Wulan
Meski tak menemukan selendang yang dicarinya, sang bidadari justru menemukan pria pendamping hidupnya.
Mereka berdua akhirnya menikah, bahkan hidup dengan bahagia.
Jaka Tarub terlihat menggarap sawah, sedangkan istrinya mengurus segala keperluan rumah.
Selama hidup berkeluarga, ada satu hal yang membuatnya penasaran kenapa padi di lumbung tak pernah habis meski selalu dimasak.
Hingga suatu ketika, rasa penasarannya yang tidak terbendung akhirnya ia pun bertanya kepada istri tercintanya tersebut.
Namun siapa sangka sang istri tidak menjawabnya, dan hanya tersenyum manis yang justru membuatnya semakin penasaran.
Tampaknya rasa penasaran Jaka semakin meluap.
Akhirnya, Jaka mendapatkan kesempatan untuk mengetahui kebenaran atas padi yang tak kunjung habis.
Kesempatan tersebut terjadi ketika sang istri hendak pergi ke sungai untuk mencuci baju.
Sang istri berpesan kepada suaminya agar tidak membuka tudung masakannya.
Justru pemberian pesan tersebut mengundang rasa penasarannya.
Diam -diam Jaka membuka tudung tersebut ketika istrinya sudah pergi.
Ia pun terkejut, sebab isinya hanyalah segenggam padi.
Dari sinilah ia memahami, alasan kenapa padi di lumbung tak pernah habis.
Jaka Tarub Melanggar Janjinya
Tak lama setelah Jaka Tarub dikejutkan dengan rahasia dibalik tudung.
Kini Nawang Wulan lah yang dibuat terkejut dengan Jaka Tarub.
Dirinya terkejut ketika melihat segenggam nasi yang dimasaknya.
Masih berwujud sama seperti sebelum dirinya meninggalkan rumah.
Melihat kondisi tersebut, ia pun langsung menanyakannya kepada suaminya tersebut.
Mendengar pertanyaan istrinya, Jaka pun meminta maaf telah melanggar janjinya.
Nawang Wulan yang telah mendengar jawaban sang suami tercinta tampaknya tidak bisa berkata apapun.
Kini Jaka perlu bekerja lebih giat karena kekuatan bidadarinya kini telah lenyap.
Padahal berkat dari kekuatan yang dimiliki sang istri.
Nawang Wulan bisa membuat segenggam padi berubah menjadi nasi yang cukup untuk dikonsumsi.
Kekuatan tersebut jugalah yang membuat padi di lumbung, tak pernah habis.
Berbulan bulan lalu usai kejadian tersebut.
Benar saja jika padi di lumbung kini lebih cepat habis.
Hal mengejutkan pun terjadi, ketika Nawang Wulan mengambil padi untuk dimasak.
Sebab dia menyentuh suatu benda yang berada di dasar lumbung.
Begitu benda tersebut diambil semakin membuatnya terkejut.
Sebab ia mendapati selendang bidadarinya, yang selama ini menghilang.
Nawang Wulan menemukan selendang kesayangannya.
Beliau bergumam tak percaya dan ingin memastikan bila selendang tersebut memang miliknya.
Secara bersamaan, Jaka turut melihat sang istri tengah menggenggam selendang yang disembunyikannya di dasar lumbung.
Merasa bersalah atas perbuatannya.
Jaka pun meminta permohonan maaf kepadanya dan mengakui semua hal yang dilakukannya.
Meski sang suami telah memohon ampunan, nampaknya Nawang Wulan tidak mudah percaya dengan perkataannya.
Kehilangan rasa kepercayaan, tidak ada yang bisa dilakukan Jaka Tarub untuk meminta maaf atas semua perbuatannya.
Usai mendengar permohonan maaf tersebut.
Nawang Wulan terlihat memakai selendangnya tersebut, dan meninggalkan suaminya seorang diri.
Jaka Tarub yang melihat istrinya pergi, hanya bisa menyesal dan belajar dari kesalahannya.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari cerita Jaka Tarub diatas yang dapat kalian petik disini.
Janganlah mencuri untuk mendapatkan apa yang kalian mau seperti cerita Jaka Tarub diatas untuk menikahi bidadari.
Janganlah juga mengingkari janji yang telah kalian buat sekecil apapun itu janjinya.
Karena ketika orang sudah kehilangan kepercayaan maka akan sulit untuk mendapatkan kepercayaannya kembali.