Cerita Cindelaras dan Ayam Jagonya – Dongeng Rakyat dari Jawa Timur
Mengisahkan tentang seorang anak lelaki beserta ayam jantan peliharaannya.
Cerita Cindelaras juga merupakan salah satu cerita rakyat dari Jawa Timur ini banyak disukai masyarakat.
Berdasarkan ceritanya, ayam tersebut tak terkalahkan dan menjadi titik awal dipertemukannya kembali sang anak dengan sang ayahanda tercintanya.
Penasaran dengan cerita Cindelaras yang lengkap? Simak ulasan berikut.
Awal Mula Cerita Cindelaras
Dahulu hiduplah seorang raja bernama Raden Putra, yang memimpin kerajaan bernama Jenggala.
Sang raja memiliki seorang permaisuri yang begitu baik hati, serta memiliki seorang selir dengan paras jelita.
Dibalik kecantikan parasnya tersebut, hatinya ternyata tidak secantik wajahnya.
Bahkan selir tersebut diketahui memiliki sifat mudah iri hati kepada sang permaisuri raja.
Keduanya tinggal di sebuah istana yang megah, dan begitu dicintai rakyatnya.
Selang beberapa waktu tinggal bersama, selir mulai merencanakan serangkaian kejahatan untuk merebut posisi sang permaisuri.
Tak bekerja sendiri, ia nampaknya mencari koloni dengan bekerja sama dengan seorang tabib istana untuk mempermudah aksi jahatnya tersebut.
Rencana tersebut dimulainya dengan berpura pura sakit, yang membuat raja khawatir dan memanggil si tabib tersebut.
Sebagai orang yang ahli di bidang penyembuhan, tabib mulai memeriksa keadaan selir dan raja pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Mendengar pertanyaan raja, sang tabib mengadukan bila ada seseorang yang nampaknya menaruh racun pada minumannya.
Mendengar hal tak terduga tersebut, sang raja kembali bertanya siapa yang berani melakukan hal jahat tersebut kepada selirnya.
Tanpa berpikir panjang, selir pun menjawab bila yang melakukan hal tersebut merupakan permaisuri raja.
Ia pun menimpali bila sang permaisuri nampaknya ingin membunuhnya, sehingga kasih sayang baginda tidak terbagi dengan dua hati.
Bahkan dengan musnahnya dirinya, secara langsung kekuasaan kerajaan akan jatuh ke tangannya.
Mendengar pernyataan dari sang selir, raja merasa marah dan langsung memerintahkan Patih untuk mengusir permaisuri.
Padahal kondisi permaisuri saat itu tengah mengandung anaknya.
Bahkan sang raja memerintahkan untk membunuh istri tercintanya tersebut di dalam hutan.
Sang Patih yang mendengar perintah sang raja, langsung pergi ke hutan belantara dan membawa permaisuri.
Dengan kebijakan yang dimilikinya, Patih pun tidak membunuh permaisuri sesuai perintah baginda raja.
Nampaknya, sang Patih mengerti akan rencana jahar si selir.
Sebagai bukti nyata telah membunuh permaisuri.
Patih menangkap seekor kelinci dan akan memberikan informasi kepada baginda raja serta selirnya bila dirinya telah membunuhnya.
Seekor kelinci yang berhasil ditangkapnya, kemudian dibunuh dan melumuri darah tersebut ke selendang beserta pedang yang dibawanya.
Dengan begitu, diharapkan raja akan percaya dengan bukti yang dibawanya.
Melihat kebaikan sang Patih, permaisuri berterima kasih karena masih membiarkannya untuk terus melanjutkan hidup.
Hanya saja, Patih terpaksa meninggalkan permaisuri yang tengah mengandung di tengah hutan belanntara seorang diri.
Bahkan dirinya juga meminta permohonan maaf, karena tidak bisa menemaninya untuk memberikan perlindungan.
Namun tampaknya permaisuri baik baik saja, dan Patih pun kembali untuk memberikan infromasi tersebut.
Seorang Anak Laki Laki Dan Sang Ayam Jagonya
Beberapa bulan selang kejadian tersebut terjadi.
Permaisuri pun berhasil melahirkan anaknya yang berjenis kelamin laki laki dengan selamat.
Anak yang baru saja dilahirkannya tersebut, kemudian diberi nama Cindelaras.
Anak semata wayangnya tersebut berhasil tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, dan terlihat begitu tampan.
Karena hidup di dalam hutan, si anak pun terbiasa berteman dengan binatang yang ada di sekitarnya.
Hingga pada suatu hari ketika ia sedang asyik bermain.
Tiba-tiba seekor rajawali menjatuhkan sebuah telur yang jatuh tepat di sebelahnya.
Melihat telur yang terjatuh, ia pun mengambilnya dan merawatnya hingga menetas tiga minggu kemudian.
Ketika telur tersebut menetas, terlihat seekor anak ayam yang terlihat begitu menggemaskan.
Melihat si anak ayam berhasil menetas dengan selamat, ia pun merawatnya dengan sangat baik.
Usai dirawatnya beberapa bulan, anak ayamnya kini berubah menjadi hewan yang terlihat kuat dengan bentuk tubuhnya yang terlihat kekar.
Paruh yang dimilikinya pun terlihat kokoh dan runcing, layaknya paruh yang dimiliki burung Rajawali.
Tak cukup disitu, kedua kaki ayam terliat kekar nan berotot dilengkapi dengan kuku runcing nan tajam.
Namun suara kokoknya terdengar berbeda, jika dibandingkan dengan ayam pada umumnya.
Terkejut mendengar suara kokokan si ayam, Cindelaras pun menunjukkannya kepada sang ibunda tercintanya.
Bahkan permaisuripun terkejut dibuatnya, dan langsung menceritakan awal mula kenapa mereka tinggal di hutan tersebut.
Usai mendengar cerita tersebut, ia pun memutuskan untuk pergi ke istana untuk bertemu ayah kandungnya.
Awalnya sang ibu tak mengizinkannya, namun ia mendesak sang ibu agar diberikan izin.
Saat di tengah perjalanan menemui ayahnya, dirinya bertemu dengan sekelompok orang yang tengah mengadu ayam.
Melihat sang anak membawa ayam jago kekarnya, mereka pun mengajaknya untuk mengadu si ayam perliharaannya.
Ia pun menyetujuinya, dan mampu mengalahkan peserta lainnya usai beberapa kali ronde.
Kehebatan si ayam nampaknya terdengar hingga ke telinga Raden Putra dan menyuruh Hulubalang untuk mengundang anak tersebut ke istana.
Sesampainya di istana, Cindelaras menghadap sang ayah dengan begitu sopan.
Melihat ketampanan dan kecerdasannya, baginda raja memiliki firasat bila ia bukanlah berasal dari kalangan rakyat biasa.
Nampaknya raja mengundang si anak lelaki tersebut untuk mengadu ayam peliharaannya.
Dengan syarat bila beliau memenangkan pertandingan.
Sang anak harus bersedia untuk menyerahkan ayam tersebut kepadanya serta bersedia untuk dihukum pancung.
Sebaliknya, jika sang anak menang maka raja tidak akan segan memberikan setengah kekayaannya.
Ketika pertandingan sudah dimulai, hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk si ayam kekar dapat mengalahkan ayam milik raja.
Penonton yang ikut menyaksikan bersorak dan memberikan ucapan selamat kepadanya.
Sebagai pengakuan kekalahannya, setengah kekayaan tersebut diberikan.
Namun raja masih penasaran siapa anak tersebut.
Kebenaran Cindelaras Mulai Terungkap
Si anak pun membisikkan sesuatu kepada ayamnya, dan beberapa menit kemudian si ayam mulai mengeluarkan suara.
Si ayam berkata jika tuannya tersebut tinggal di sebuah hutan dengan atap terbuat dari daun, dan ayahnya bernama Raden Putra.
Ayam tersebut mengatakannya berulang kali, yang membuat sang raja terkejut mendengarnya.
Memberanikan diri, sang baginda raja pun bertanya apakah hal tersebut benar adanya.
Sang anak pun mengatakan dengan tegas, bila memang benar jika dirinya merupakan putranya, yang lahir dari permaisurinya.
Mendengar jawaban sang anak, raja pun memanggil Patih dan diminta untuk menceritakan kebenarannya.
Usai mengetahui kebenaran cerita tersebut, sang raja pun merasa bersalah dan ingin memberikan hukuman setimpal kepada selirnya.
Usai mengatakan semua penyesalannya.
Sang raja akhirnya memeluk anaknya seraya meminta maaf atas semua kesalahan yang dilakukannya.
Raden Putra, Hulubalang, dan Patih yang telah mengetahui kebenaran pergi ke hutan untuk menjemput sang permaisuri.
Mulai saat itu, Cindelaras beserta keluarganya bisa hidup bahagia seperti yang seharusnya.
Bahkan sang anak menggantikan posisi ayahnya, ketika ayahnya meninggal.
Kesimpulan Cerita Cindelaras
Berikut adalah sepenggal cerita Cindelaras dan ayam jagonya.
Dari cerita Cindelaras diatas, ada beberapa point penting yang bisa kita ambil.
Seperti permaisuri dari cerita Cindelaras diatas tersebut, selalu berbuat baik bahkan telah disakiti oleh suaminya.
Dan permaisuri tidak pernah membalaskan kejahatan dengan kejahatan, dan itu juga diajarkan ke Cindelaras anaknya.
Janganlah seperti selir di cerita Cindelaras diatas.
Dimana dia melakukan berbagai cara demi mewujudkan ambisinya walupun dengan cara yang kotor atau jahat.
Inti dari cerita Cindelaras ini adalah, selalu berbuat baik walaupun telah disakiti dan jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan.