Sudah pernahkan kalian mendengar cerita Timun Mas yang dikejar – kejar raksasa mengerikan yang bernama Buto?
Nah, kali ini kami akan memberikan kembali sepenggal donggeng tentang cerita Timun Mas.
Jika kalian belum pernah membaca atau mendengar cerita rakyat ini.
Yuk disimak cerita Timun Mas dan Raksasa Buto dibawah ini!
Cerita Timun Mas dan Raksasa Buto
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang bekerja sebagai petani.
Mereka hidup berkecukupan dari hasil bertaninya.
Sang suami menggarap ladang yang ditanami berbagai sayur – mayur.
Hasil garapannya pun sangat memuaskan, sehingga dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi ke kota.
Kebahagiaan sang suami istri ini rasanya belum lengkap tanpa seorang anak.
Sudah 10 tahun usia pernikahannya namun mereka belum dikaruniai seorang anak.
“Kanda, aku sangat Bahagia karena hidup kita yang mapan ini.
Namun, apalah arti semua ini jika kita tak memiliki anak seperti pasangan lain.
Dinda sangat ingin rumah ini dihiasi canda tawa anak – anak, tidak sepi seperti ini.” Ucap sang istri kepada sang suami.
“sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama, Dinda.
Namun apalah daya kita belum dijinkan memiliki seorang anak.” Jawab sang suami.
Setelah percakapan tersebut, sang istri menjalani hari – hari dengan hampa.
Wajahnya nampak bermuram durja.
Melihat hal demikian, sang suami akhirnya memutuskan untuk bersemedi di sebuah lereng gunung yang konon dihuni Buto atau raksasa.
Sesampainya di lereng gunung yang letaknya cukup jauh dari rumahnya.
Sang suami kemudian bertapa sambil memohon kepada Tuhannya agar segera memiliki seorang anak.
Doa tersebut didengar oleh si juga oleh si Buto.
Kemudian Buto yang sedang kelaparan karena sudah 10 tahun tidak makan akhirnya menyusun rencana jahat.
“Wahai manusia! Aku akan mengabulkan permintaanmu untuk memiliki seorang anak.” Kata si buto kepada petani itu.
“Benarkah?” jawab Si petani.
“Ya, namun ada syaratnya, kelak setelah anakmu dewasa aku akan memintanya kembali.” Kata si Buto.
Mendengar syarat yang diberikan oleh si Buto, petani itu keberatan.
Namun hati kecilnya ingin segera membahagiakan istrinya yang sangat ingin memiliki seorang anak.
“Tidak, saya tidak setuju dengan syarat itu.” Kata petani, kemudian melanjutkan semedinya.
Si Buto sangat marah karena petani ini kokoh sekali.
Akhirnya, di hari ke 7 bertapanya si petani, si Buto kembali membisiki si petani untuk menerima tawaran syarat yang pernah dimintanya.
Kali ini, bisikan tersebut diterima oleh si petani karena sudah putus asa bertapa tanpa guna.
“Baiklah, Buto aku akan menyanggupi syarat yang engkau berikan itu.” Kata si petani.
Buto yang sangat senang akhirnya tertawa dan tanah serasa tergoncang saking kerasnya suara tawa si Buto.
Perutnya yang besar menggelamir ikut bergerak – gerak menggemakan tawa.
Giginya yang tajam juga nampak sangat seram saat tertawa.
Si Buto akhirnya berhasil membujuk si petani untuk menyerahkan anaknya kelak saat sudah dewasa.
Raksasa Buto memberikan 7 biji benih timun untuk dibawa pulang dan ditanamnya.
Katanya, nanti saat timun – timun itu sudah tumbuh tidak lama akan lahirlah seorang anak dari Timun tersebut.
Setelah menerima biji tersebut akhirnya si petani pulang.
Ia segera menyebar biji timun yang diberikan oleh Buto.
Merekapun menanam benih timun tersebut dengan ulet dan rajin.
Beberapa bulan setelahnya, benih tersebut sudah bertumbuh menjadi pohon dan ada satu buah timun berwarna emas.
Diambilnya timun emas tersebut kerumah mereka.
Mereka membelah timun emas tersebut dan terdapat suara tangisan bayi dari dalam timun tersebut.
Pasangan suami istri tersebut sangatlah senang karena akhirnya mereka mendapatkan seorang anak perempuan.
Si petani sangat senang dan menggendong putrinya itu sambil menciumi pipinya.
“Dinda, akan kita beri nama siapa anak ini?” tanya si petani.
Istrinya menginginkan anak tersebut diberi nama Timun Mas.
Nama yang sangat cantik, dan sang suami pun menyetujuinya.
Cocok dengan lantaran si Buto yang memberikan biji timun untuk kehamilan istri si petani.
Saat mereka sedang asyik menamai bayinya, tiba – tiba dari bukit sebrang terdengar gemuruh dan suara yang sangat besar.
“Hai, manusia ingatlah jika anakmu itu akan aku ambil setelah beranjak dewas, ha ha ha … .” kata si Buto dari kejauhan.
Mendengar ancaman si Buto, istri si petani itu sangat ketakutan.
Ia merasa tidak siap jika harus kehilangan buah hati semata wayangnya.
Apapun yang terjadi ia harus mempertahankan putri semata wayangnya tersebut.
Hari demi hari Timun Mas semakin besar, ia menceritakan tentang mimpinya kepada sang ibu.
Dia mengatakan dia didatangi seorang raksasa dengan tubuh sangat besar dan mengerikan.
Tubuhnya dilumuri banyak darah dan cairan busuk.
Giginya teramat tajam seperti mata pisau.
Mendengar cerita putrinya, si ibu langsung memeluk erat tubuh anaknya.
Ketakutan akan kehilangan putrinya semakin menjadi – jadi.
Ia terus mencari cara agar raksasa Buto tak lagi mengganggu kehidupan mereka.
Akhirnya, sang ibu menemui salah seotrang tabib yang ada di desa sebrang dan menceritakan permasalahannya.
Akhirnya tabib tersebut memberinya berbagai benda yang dijadikan satu pada wadah yang terbuat dari kain.
Di simpannya wadah tersebut dan oleh sang ibu untuk jaga – jaga jika si Buto kembali datang.
Benar saja, malam Ketika penduduk desa sudah tertidur, tanah terasa goncang.
Langkah si Buto didengar oleh keluarga Timun Mas.
Dengan cepat sang ibu membangunkan Timun Mas.
“Nak, pergilah melalui pintu belakang!
Bawa benda ini, benda ini akan menyelamatkanmu dari si Buto.” Kata ibu sambil menyodorkan benda pemberian tabib.
“Baik, Bu!” jawab Timun Emas dan dengan cepat berlari sejauh mungkin.
“Wahai manusia! Serahkan anakmu si Timun Mas! Aku sudah sangat lapar dan ingin segera menyantapnya.” Ucap si Buto yang tiba – tiba sudah berada di depan rumah Timun Emas.
Si petani atau ayah Timun Mas kemudian memberanikan diri menemui si Buto.
“Wahai Buto, kamu terlambat! Timun Emas sudah pergi jauh dari rumah ini.” Jawab ayah Timmun Emas.
Mendengar jawaban si petani, sang Buto sangat marah dan segera mengejar Timun Emas.
Didapatinya Timun emas yang sedang bersandar di bawah pohon karena kelelahan berlari.
Raksasa Buto langsung menerkam Timun Mas.
Namun, sebelum berhasil, Timun Mas sudah lebih dahulu menyebarkan benda pemberian ibu yaitu berupa jarum.
Jarum tersebut seketika berubah menjadi pohon bambu yang sangat banyak dan sangat tajam.
Alhasil si Buto kakinya pincang dan berdarah akibat menginjak pohon-pohon bambu tersebut.
Namun, si Buto tak kalah akal dia terus mengejar Timun Emas.
Saat hendak tertangkap lagi, Timun Emas menyebarkan biji timun pemberian ibunya.
Akhirnya, biji – biji itu tumbuh seketika berbuah timun.
Kemudian si Buto asyik memakan buah timun dan lupa dengan pengejarannya.
Setelah timun habis, Buto kembali mengejar Timun Mas.
Kembali TImun Emas melihat isi kantong yang diberikan oleh ibunda.
Timun Emas melemparkan benda terakhir tersebut ke permukaan tanah tepat dibelakangnya sambil berlari.
Sesaat kemudian, tanah tersebut menjadi kolam lautan lumpur.
Disaat raksasa Buto menginjak lumpur tersebut, dirinya terseret masuk kedalam lumpur tersebut.
Lumpur itu menenggelamkan dan memakan sang raksasa Buto hidup-hidup.
Melihat hal ini, Timun Emas sangatlah senang dirinya akhirnya bisa selamat dari kejaran sang raksasa.
Orang tuanya menangis bahagia saat melihat Timun Emas kembali kerumah dengan selamat.
Iapun menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.
Dan akhirnya mereka dapat hidup bahagia
Kesimpulan
Berikut adalah cerita Timun Mas dan Raksasa Buto.
Dari cerita Timun Mas tersebut, kita dapat mengambil pesan moral yang dapat kita praktikan di kehidupan.
Kita tidak boleh cepat menyerah dan putus asa disaat keinginan kita belum terwujud, seperti sang Ayah di cerita Timun Mas diatas.
Tidak boleh selalu panik ketika dalam kesulitan, karena hal tersebut membuat kalian tidak bisa berpikir secara jernih. Seperti yang dilakukan oleh Timun Mas saat tahu dirinya hendak dimakan oleh raksasa Buto.
Dan yang terpenting tidak boleh meniru sifat raksasa Buto yang sangat serakah dan jahat hingga melakukan segala hal untuk mencapainya.