Cerita Joko Kendil merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah.
Cerita ini secara turun temurun dari mulut ke mulut selalu diceritakan sebagai pengingat kita untuk selalu berbuat baik dan menjadi orang sabar.
Sebelum masuk ke cerita, tahukah kalian apa itu kendil?
Kendil merupakan alat memasak serupa panici namun terbuat dari tanah.
Fungsinya untuk memasak nasi dan bentuknya cekung.
Alat ini saat ini mungkin sudah jarang terlihat di dapur, sebab sekarang kendil sudah digantikan dengan panci yang terbuat dari aluminium.
Lantas, mengapa cerita Joko Kendil diberi nama seperti itu? Hal ini dikaitkan dengan bentuk kepalanya yang menyerupai kendil.
Simak cerita Joko Kendil yang ada dibawah ini.
Cerita Joko Kendil dari Jawa Tengah
Pada zaman dahulu, di daerah Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan besar, nama kerajaan tersebut adalah Kerajaan Ngambar.
Kerajaan besar ini dihuni oleh Raja Asmawikana sebagai orang yang berkuasa saat itu.
Selain Raja, terdapat juga Ratu Prameswari sebagai permaisuri.
Sangat disayangkan Raja Asmawikana yang terkenal ramah dan dermawan itu memiliki selir yang berperangai buruk yaitu Dewi Dursilawati.
Ia seringkali cemburu terhadap permaisuri raja.
Pernah suatu Ketika permaisuri hendak dicelakainya.
Dewi Dursilawati sengaja menebar minyak di depan pintu kamar permaisuri yang sedang hamil muda sehingga permaisuri terjatuh.
Seperti yang diinginkan oleh Dewi Dursilawati yaitu agar kandungan permaisuri gugur, permaisuri mengalami pendarahan.
Dipanggilnya tabib kerajaan untuk membantu memulihkan Kesehatan permaisuri.
Selir ini memang sangatlah licik dan dengki, ia tidak ingin anak dari Rahim permaisuri lahir sebagai penerus kerajaan.
Tapi yang diinginkannya anak dari rahim dialah yang akan mewarisi kerajaan.
Raja dan permaisuri sangat sedih harus kehilangan calon bayinya.
Namun, warga kerajaan terus menghibur mereka hingga mereka bangkit dan permaisuri kembali hamil.
Namun, lagi – lagi Selir Dewi Dursilawati merencanakan niat jahat saat mendengar Permaisuri kembali hamil.
Selir ini sengaja memasukkan racun ke dalam minuman milik Permaisuri sehingga permaisuri merasakan sakit perut yang luar biasa.
Dipanggilnya kembali tabib kerajaan untuk mengecek kondisi kandungan permaisuri.
Namun, lagi – lagi calon bayi tersebut tidak dapat diselamatkan.
Kini, sudah ke dua kalinya mereka kehilangan calon anak.
Hati permaisuri semakin sedih.
Melihat kesedihan istrinya, Raja segera mencari sumber masalah yang menyebabkan istrinya selalu keguguran.
Akhirnya sang Raja menyelidiki sendiri siapa penyebabnya.
Selain itu, Raja juga memerintahkan beberapa dayang dan pengawal untuk menjaga ketat permaisuri.
Sang Raja berpamitan ke Permaisuri untuk bersemedi di sebuah tempat.
Sebenarnya, permaisuri merasa keberatan, namun Raja terus memaksa diijinkan dengan alasan agar segera mendapatkan momongan dengan selamat.
Padahal, Raja menyamar menjadi rakyat jelata demi mengetahui siapa dalang penyebab keguguran kandungan istrinya.
Di suatu pagi, raja menyamar menjadi petani dan memasuki pasar yang saat itu ramai sekali oleh pengunjung.
Di sana, Raja melihat sang istri ditemani dayang sedang memilih bahan – bahan untuk membuat jamu kesuburan kandungan.
Betapa hati Raja sangat bersedih melihat upaya permaisurinya yang ingin segera memiliki momongan.
Jadi tidak mungkin jika permaisuri sendiri yang ceroboh sehingga mengalami keguguran seperti yang dikatakan selir Dewi Dursilawati kepada Raja waktu itu.
Raja pun segera berlalu sambal memanggul cangkul agar tidak ada yang mengira bahwa dirinya adalah raja.
Di tengah perjalanan menuju ladang, Raja mendapati selirnya sedang berbicara dengan sahabatnya di pinggir sungai.
Kemudian Raja mencoba mendengarkan pembicaraan tersebut secara diam-diam.
Ternyata benar dugaan raja, bahwa penyebab keguguran permaisurinya itu disebabkan oleh selirnya.
Mengetahui hal tersebut, akhirnya raja mengusir Dewi Dursilawati dari kerajaan.
Dewi Dursilawati pun sangat marah dan bersumpah akan terus membuat hidup permaisuri sengsara dengan cara menggagalkan setiap kehamilannya.
Benar saja, selang beberapa bulan Dewi Dursilawati diusir dari kerajaan kabar kehamilan permaisuri kembali terdengar oleh warga kerajaan.
Lama kelamaan kabar itu sampai di telinga Dewi Dursilawati.
Namun, karena ia sudah tidak berada di kerajaan ia terus mencari cara agar bayi yang dikandung permaisuri cacat.
Didatagilah dukun sihir yang sangat jahat oleh Dewi Dursilawati.
Ia meminta agar dukun tua itu mengutuk bayi yang sedang dikandung permaisuri menjadi cacat sehingga tak layak menjadi penerus kerajaan.
Akhirnya dukun itu mengabulkan permintaan Dewi Dursilawati dan mengutuk bayi yang di dalam kandungan permaisuri memiliki rupa yang mirip dengan kendil.
Dewi Dursilawati sangat puas dengan kerja dukun tersebut setelah mendengar kabar bayi itu lahir dengan bentuk kepala yang menyerupai kendil.
Raja Asmawikana dan permaisuri tetap menyayangi bayi tersebut sekalipun kondisinya bisa dibilang memalukan.
Diberilah nama bayi tersebut dengan nama Joko Kendil.
Dirawatnya bayi itu hari demi hari.
Namun, sebelum usia bayi itu menginjak seminggu penasehat kerajaan datang memberikan saran agar Joko Kendil dirawat orang lain.
Penasehat kerajaan itu juga menunjuk mbok Rondho yang tinggal di sebrang untuk merawat Joko Kendil sebagai syarat agar Joko Kendil esok akan kembali dalam wujud ksatria yang tampan.
Rajapun kemudian menuruti nasihat tersebut dan memerintahkan dayang dan pengawal mengantar Joko Kendil ke mbok Rondho.
Mbok Rondho sangat senang diamanahi untuk merawat putra raja itu.
Karena selain memiliki teman di rumah, ia juga diberi uang serta emas dari kerajaan.
Mbok Rondho merawat Joko Kendil dengan baik seperti anak sendiri.
Melatih Joko Kendil menjadi lelaki yang Tangguh.
Hingga suatu saat tiba di hari yang cerah, saat Joko Kendil dan mbok Rondho sedang bercocok tanam di ladang.
Lewatlah rombongan dari istana sebrang hendak melakukan perjalanan menuju pinggir sungai yang terdapat air terjun yang sangat indah.
Pada romobongan itu, terdapat putri cantik turut serta, Joko Kendil yang melihat kecantikan Putri ternyata jatuh cinta dan berniat melamarnya.
Sesampainya di rumah, ia menyampaikan keinginannya meminang putri kepada mbok Rondho.
“Nak, apa tida sebaiknya kamu urungkan saja niatmu itu?
Sebab kamu memiliki rupa yang demikian dan berasal dari keluarga tak mampu, apakah mungkin putri Ngapunten akan menerimamu?”
Mendengar perkataan ibunya, Joko Kendil membujuk untuk tetap dilamarkan putri tersebut.
Akhinya mbok Rondho bertandang ke kerajaan dan menyampaikan perihal tersebut ke Raja dan permaisuri.
Raja menyutujuinya dan mengutus pengawal untuk menemani mbok Rondho melamar ke kerajaan putri Ngapunten.
Sebelumnya, ayahanda putri Ngapunten yang merupakan seorang raja telah bermimpi kejatuhan kendil.
Kemudian kendil tersebut menjelma menjadi ksatria yang gagah dan tampan dan menikahi putrinya.
Oleh karena itu saat mbok Rondho menyampaikan niatnya untuk melamar putrinya untuk Joko Kendil diterima dengan baik.
Joko Kendil dan Putri Ngapunten menikah, digelarnya pesta penikahan mereka dengan ramai.
Di tengah – tengah pesta tamu undangan seketika gaduh saat melihat suami putri ternyata sangat jelek dan kepalanya menyerupai kendil.
Mendengar kegaduhan itu, Joko Kendil turun dari panggung dan kembali lagi dengan tampilan berbeda menjadi kesatria yang tampan nan gagah.
Kesimpulan
Itulah penggalan cerita Joko Kendil.
Banyak sekali pesan moral yang dapat kita petik dari cerita Joko Kendil diatas.
Janganlah kita selalu iri dan dengki hati, sehingga membuat kita melakukan hal yang sangat di tentang seperti membunuh bahkan hingga mengutuk orang yang tidak berdosa.
Kita juga tidak boleh menghakimi seseorang hanya dari bentuk fisiknya saja.
Seperti kata pepatah “Don’t Judge the book by the cover“.
Pesan moral lainnya yang bisa kita ambil sebagai orangtua adalah harus bisa menerima keadaan anak apapun kondisinya.