Cerita Telaga Warna dan asal usul Telaga Warna ini sangatlah terkenal di Jawa Barat.
Saat kalian mengunjungi kota Bogor di Jawa Barat, cobalah untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Bogor.
Keindahan alam Bogor memang sangat menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Telaga Warna ini.
Telaga warna memang memiliki penampakan yang sangat bagus.
Yaitu seolah–olah dari dasar telaga memancarkan banyak warna.
Waktu menjelang siang tiba saat sinar matahari menyinari telaga tersebut, beberapa warna dapat muncul dari dalam telaga.
Tak heran jika telaga ini kemudian disebut sebagai telaga warna.
Cerita Telaga Warna ini adalah salah satu yang membuat Telaga tersebut telihat Indah.
Simak cerita Telaga Warna dan Asal Usul Telaga Warna dibawah ini.
Cerita Telaga Warna dan Asal Usul Telaga Warna
Pada sebuah kerajaan yang terletak di Jawa Barat tepatnyanya di kota Bogor, hiduplah sepasang raja dan permaisuri yang tampan dan cantik.
Tak hanya rupawan, keduanya juga merupakan pasangan penguasa yang terkenal dengan kearifannya.
Mereka senang membantu rakyatnya.
Di usia pernikahannya yang sudah cukup lama, pasangan Prabu Suwartaya dan Ratu Purbamanah ini tak kunjung mendapatkah keturunan.
Hal inilah yang kemudian membuat ratu Purbamanah bersedih sepangjang hari.
Tak tega melihat permaisurinya terus bersedih, sang raja menyuruh penasihat istana untuk memberinya arahan bagaimana caranya pasangan ini segera memiliki anak.
Sang penasehat memberi masukan untuk mengangkat seorang anak.
Namun, pendapat itu ditolak oleh permaisuri lantaran ia ingin memiliki anak yang dikandungnya sendiri.
Akhirnya, penasehat istana menyarankan raja untuk bertapa di hutan seberang.
Sang rajapun menuruti nasehat tersebut demi memiliki seorang anak kandung yang digadang – gadang akan meneruskan kerajaan.
Sesampainya di hutan, raja bertapa dan terus berdoa kepada Tuhannya agar segera dikaruniai momongan.
Di tahun ke 4 bertapanya, sang raja pulang ke kerajaan dan akhirnya permaisuri mengandung.
Kabar baik ini disambut penuh suka cita oleh rakyatnya.
Tak jarang dari mereka yang kemudian datang ke kerajaan untuk mengucapkan selamat kepada pasangan tersebut.
Raja dan permaisuripun sangat senang akhirnya dapat mengandung.
Setelah sembilan bulan usia kandungan permaisuri, lahirlah bayi cantik dari rahimnya.
Bayinya sangat lucu dan menggemaskan sehingga rakyat ingin melihatnya dan membawakan banyak hadiah untuk anak raja tersebut.
Kebahagiaan pasangan raja dan ratupun sangat lengkap.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahunpun telah berganti, bayi milik raja yang diberi nama Gilang Rukmini ini kini sudah tumbuh menjadi besar.
Sayangnya, perangai sombong angkuh dan manjanya mulai tampak.
Ia tak pernah mau bermain dengan teman – teman di sekitar kerajaan lantaran temannya ini bukan keluarga orang berada.
Tak hanya sombong, Gilang Rukmini juga bersikap sangat manja kepada kedua orang tuanya.
Sebab, selama ini kedua orang tuanya sangat menyayanginya secara berlebihan.
Akhirnya sang putri bertingkah manja.
Suatu hari, sang putri keluar ke istana untuk bermain.
Kemudian ada dua anak menghampirinya untuk bermain bersama.
“Aku tak sudi bermain dengan orang miskin sepertimu.” ucap putri Gilang Rukmini.
Kedua teman yang hendak menghampiri tadi pun pergi sambil bersedih.
Beberapa penghuni kerajaan menasehati sang putri, namun sang putri tetap bertingkah sombong dan manja.
Raja dan ratu pun mulai khawatir dengan perangai putrinya yang kerap menyusahkan orang lain.
Mereka terus berdoa agar putrinya ini berubah menjadi baik.
Namun, di usianya yang menginjak 17 tahun masih tetap sama.
Malah, putri Gilang Rukmini semakin menjadi – jadi manjanya.
Hari ini, raja menggelar pesta untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini yang ke 17 tahun.
Semua pelayan kerajaan dimandati untuk membantu acara tersebut.
Mulai dari membuat makanan lezat, minuman segar dan hidangan lain yang enak – enak dibuat oleh koki kerajaan.
Tak hanya itu, pelataran hingga ke dalam kerajaan juga dihias seindah mungkin oleh ahli dekor kerajaan waktu itu.
Sehingga kerajaan terlihat sangat indah dan bagus sekali.
Putri Gilang Rukmini pun sangat senang.
Semua rekan kerja raja diundang untuk menghadiri acara tersebut.
Tak hanya kaum bangsawan, seluruh rakyatnya pun diundang untuk turut menikmati jamuan yang sudah disiapkan kerajaan.
Seketika sore itu kerajaan menjadi sangat ramai.
Para undangan tak luput memberikan hadiah untuk putri raja yang sedang berulang tahun.
Seusai acara itu selesai, raja berniat membagikan hadiah ke rakyat – rakyat jelata yang membutuhkan tanpa sepengetahuan putri Gilang Rukmini.
Saat putri keluar dari kamarnya, matanya terkejut Ketika mendapati tumpukan hadiah yang ada di ruang tamu telah sirna.
Kemarahan putri pun sulit dikendalikan oleh siapapun termasuk raja dan ratu Purbamanah.
Padahal, raja sudah menyiapkan hadiah istimewa yang jauh lebih mahal dan indah.
Namun, Ketika dijelaskan akan diberi hadiah pengganti oleh ayahnya putri malah semakin marah.
Putri tetap menginginkan tumpukan hadiah yang telah dibagikan ke rakyat jelata itu.
Raja tidak putus asa, raja tetap akan memberikan hadiah berupa kalung mahal terbuat dari emas permata yang sengaja dipesan khusus untuk hadiah putri semata wayangnya.
Diketuknya pintu kamar putri, namun putri tidak lekas mebukanya karena masih marah.
Makanan yang ditawarkan oleh pelayan kerajaan pun tak dimakannya.
Raja semakin khawatir melihat kemarahan putrinya.
“Sayang, kamu lihat dulu hadiah yang ayahanda bawa ini untukmu!
Harganya sangat mahal dan rupanya sangat indah, Nak!” bujuk raja kepada putrinya.
Penasaran dengan yang dikatakan ayahnya, akhirnya putri Gilang Rukmini membuka pintu kamarnya.
Kemudian raja menyodorkan kalung indah yang terbuat dari emas permata itu.
Namun, setelah melihat kalung tersebut, bukannya berterimakasih, justru ia membuangnya ke lantai.
Melihat perbuatan putrinya, ratu purbamanah sangat sedih.
Ia terus menangis hingga membanjiri kerajaan.
Kemudian, kejadian aneh terjadi, di halaman kerajaan muncul secara tiba – tiba sumber mata air yang menyembur dari perut bumi.
Lama – kelamaan banjir terus menggenangi pelataran kerajaan.
Tak terduga, akhirnya kerajaan tersebut tenggelam dan berubah menjadi sebuah telaga.
Raja dan ratupun berpindah dari tempat itu.
Sedangkan putri Rukmini turut tenggelam di telaga itu.
Keesokan harinya, pemandangan menakjubkan terjadi di telaga tersebut.
Dari dalam telaga menyembur warna – warna indah.
Diduga, warna indah itu berasal dari kalung yang terbuat dari emas permata yang berharga sangat mahal pemberian Prabu Suwartoyo untuk putrinya Gilang Rukmini.
Kesimpulan
Berikut adalah cerita Telaga Warna dan Asal Usul Telaga Warna terbuat.
Kesombongan dan keangkuhan serta sifat manja sejatinya tidaklah baik.
Pemilik sifat tersebut akan sirna oleh kesombongannya sendiri.
Selain itu, kita tidak boleh menghina maupun tidak menghargai pemberian oranglain, karena hal tersebut sangat menyakiti orang lain.
Cerita Telaga Warna ini mejadi contoh betapa kesombongan dan sikap tidak menghargai pemberian orang lain sangatlah fatal.
Selain mengakibatkan celaka untuk dirinya sendiri, sikap tersebut juga akan merugikan orang lain, menghadirkan bencana besar dan yang lain.
Selalulah berbuat rendah hati dan menghargai kepada sesama tanpa memandang miskin dan kaya, tanpa memandang besar kecilnya pemberian orang.
Dan yang terpenting adalah kita harus tahu bagaimana cara berterimakasih.