Cerita Roro Jonggrang dan Legenda Candi Prambanan memang sangat lekat di ingatan penduduk jawa tengah khususnya.
Tak lepas dari kisahnya yang sangat terkenal ini, cerita Roro Jonggrang yang berarti wanita cantik dan langsing ini turut mewarnai legenda ini.
Candi yang terletak antara Yogyakarta dan Jawa Tengah ini bisa kalian kunjungi setiap saat pada jam kunjung.
Letaknya yang tak terlalu jauh dari keramaian, legenda candi Prambanan yang terkenal ini mudah dicari.
Di sana kalian akan menyaksikan bangunan sebuah candi yang megah dan kokoh sebagai sumber sejarah.
Di sana kalian dapat menyaksikan betapa candi – candi ini, yang menjadi bukti sejarah adanya kehidupan di masa lampau yang penuh dengan cerita.
Tak heran, jika legendanya masih akrab di telinga kita.
Seperti apa kisahnya? Simak cerita rakyat mengenai Roro Jonggrang dan legenda Candi Prambanan.
Cerita Roro Jonggrang dan Legenda Candi Prambanan
Di masa silam, berdirilah dua buah kerajaan yang bertetangga.
Namun entah apa yang mendalangi kedua kerajaan ini sehingga berseteru satu sama lain.
Keseharian mereka diwarnai perang kecil hingga perang besar yang diduga salah satu kerajaan melanggar aturan.
Kerajaan pertama bernama kerajaan Pengging, di mana kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Damar Maya yang cukup terkenal dengan kesaktiannya.
Prabu Damar Maya memiliki putra bernama Bondowoso.
Pemuda yang tak kalah sakti dan tangguh dari ayahnnya.
Kerajaan kedua bernama Kerajaan Baka, yang diketahui dipimpin oleh seorang Buta atau dalam bahasa Indonesia sering disebut Raksasa.
Bertubuh besar dan menyeramkan, raksasa atau raden Baka ini ternyata memiliki hobi memakan manusia.
Hingga di desanya kerap berjatuhan korban jiwa yang dimangsanya.
Setiap matahari tenggelam, penduduk desa tak berani menampakkan batang hidungnya di luar rumah.
Mereka takut kalau – kalau Baka atau raksasa ini menghampiri mereka dan memakannya.
Itulah mengapa sebab desa ini dan desa di sekitar kerajaan sangat sepi menjelang malam tiba.
Mereka memilih diam di rumah dan memperhatikan getaran atau guncangan tanah yang bergoyang saat raksasa ini melewati depan rumahnya.
Saat suara itu terdengar, warga akan bersiap untuk berlari dan bersembunyi.
Keresahan ini akhirnya didengar oleh pemimpin kerajaan Pengging yaitu Prabu damar Maya.
Mendengar hal tersebut, Prabu Dhamar Maya berinisiatif untuk menyerbu kerajaan Baka. Yang dimana mereka disebut – sebut menjadi sumber keresahan para warganya selama ini.
Tanpa pikir panjang, Prabu Dhamar Maya beserta pasukannya menyerbu kerajaan Baka.
Ratu Baka yang pada saat itu sedang duduk manis di singgasana sambil menikmati secangkir madu. Beliau sangat terkejut mendapati pasukan dari kerajaan Pengging menyerbu kerajaannya.
Tak tinggal diam, akhirnya Ratu Baka turun tangan ikut perang.
Satu persatu pasukan dari Pengging dimakannya.
Prabu Dhamar Maya pun hendak ditelannya.
Perawakannya yang sangat besar dan tinggi tak membuat Prabu gentar.
Ia terus maju mencoba menyerang namun, raksasa itu terus menyerangnya.
Pada akhirnya, Prabu Dhamar Maya memandatkan anaknya untuk turut berperang menumpas Ratu Baka atau raksasa itu.
Singkat cerita, Pangeran Bondowoso memenangkan perang tersebut dan Bondowoso berhasil membunuh Raden Baka.
Kabar kematian Raden Baka akhirnya sampai ke telinga Roro Jonggrang putrinnya.
Ia lantas tak terima atas kematian ayahnya.
Sambil menangis tersedu karena telah kehilangan ayahnya. Akhirnya Roro Jonggrang memutuskan untuk menulis surat kepada Bondowoso dan ayahnya yang isinya tentang tantangan berperang melawan dirinya.
Surat tersebut kemudian diantar oleh salah satu patih ke kerajaan Pengging.
Sesampainya di sana, Bondowoso membaca surat dari Roro Jonggrang.
Dengan penuh kemarahan karena merasa ditantang akhirnya Bondowoso mengunjungi kerajaan Baka kembali.
Namun, kemarahannya melunak dan niatnya untuk berperang diurungkan saat Bondowoso melihat sosok Roro Jonggrang yang cantik ini.
Rambutnya panjang terurai, tubuhnya langsing, wajahnya sangat cantik.
Kemudian Bondowoso mencoba melamarnya.
Namun, Roro Jonggrang menolaknya karena ia tak sudi memiliki suami yang telah membunuh ayahnya sendiri.
Namun, karena takut Bondowoso akan mengamuk, akhirnya dia menerima lamaran Bondowoso dengan beberapa syarat.
Syarat yang utama adalah Bondowoso harus membuat sumur besar yang dapat dijadikannya mandi bersama para dayang.
Bondowoso pun langsung menuruti syarat dari Roro Jonggrang.
Dibuatnya sumur tersebut dengan mudah berkat kesaktiannya.
Roro jonggrang terkejut saat melihat Bondowoso dapat memenuhi syarat tersebut.
Akhirnya ia mencari cara lain untuk Bondowoso mati.
“Hai Bondowoso, engkau telah membuat sumur dengan sangat dalam dan luas. Apakah engkau yakin jika sumur itu keluar air? Aku tidak percaya sebelum kau turun ke bawah mengambil airnya.” Ucap Roro Jonggrang kepada Bondowoso.
Tanpa takut, Bondowoso mencoba tutun ke sumur buatannya untuk mengambil air.
Namun rencana licik Roro Jonggrang terus dijalankan.
Saat Bondowoso sudah menyentuh dasar sumur. Ia memerintahkan salah satu patihnya untuk menutup sumur tersebut menggunakan batu besar dengan harapan Bondowoso akan mati.
Namun, dugaan Roro Jonggrang meleset.
Dengan segenap kesaktiannya, Bondowoso dapat keluar dari sumur dengan selamat.
Bondowoso sangat marah besar karena merasa ditipu, tetapi kecantikan Roro Jonggran kembali melunakkan kemarahannya.
“syarat belum berakhir wahai Bondowoso! Buatkan aku seribu candi dalam waktu semalam.” Kata Roro Jonggrang melontarkan syarat ke dua.
Ia pikir Bondowoso tidak akan sanggup melunasi syarat ke dua tersebut.
Dengan bantuan jin yang ada di perut bumi, Bondowoso berusaha mengabulkan permintaan Roro Jonggrang.
Dipanggilnya jin – jin itu untuk membantu membangunkan seribu candi.
Merekapun kerja dengan semangat atas perintah Bondowoso.
Sebelum pagi tiba, ia harus sudah menyelesaikan seribu candinya.
Sudah 999 candi telah diselesaikan oleh Bondowoso, hanya tinggal 1 candi lagi saja.
Namun Roro Jonggrang tidak mau kalah dan masih ingin menghentikan Bondowoso.
Beliau membangunkan para dayang dan para wanitaa yang ada di desa untuk memukul antan atau alat penumbuk padi.
Pada zaman dahulu, hal ini dilakukan agar Bondowoso percaya bahwa pagi telah tiba. Dan para wanita desa sudah mulai beraktivitas menumbuk padi.
Tak sampai di situ, Roro Jonggrang juga membuat perapian di arah timur menggunakan kayu bakar yang sangat banyak. Hal ini membuat sekilas terlihat seperti cahaya matahari yang hendak terbit.
Melihat suasana seperti pagi, jin – jin suruhan Bondowoso kembali ke perut bumi sebelum candi itu terselesaikan.
Alangkah kagetnya Bondowoso melihat jin – jin suruhannya kembali ke perut bumi sebelum candi itu jadi.
Akhirnya Bondowoso mendapati tipu muslihat yang dijalankan oleh Roro jonggrang.
Kemarahannya inilah yang kemudian mengutuk Roro jonggrang menjadi patung.
Diletakannya patung Roro Jonggrang di candi yang sedang dibangunnya untuk menggenapi bilangan candi tersebut menjadi 1000.
Itulah mengapa legenda Candi Prambanan sampai saat ini masih sangat terkenal. Sebab dikaitkan dengan adanya candi seribu yang berdiri kokoh di sana.
Kesimpulan Cerita
Tipu muslihat yang dilakukan oleh Roro Jonggrang karena telah membohong Bondowoso adalah hal yang tidak boleh ditiru.
Jika kita melakukan tipu muslihat atau berbonhong, maka imbasnya akan terkena pada diri kita sendiri.
Seperti Roro Jonggrang yang akhirnya dikutuk menjadi patung karena telah berbohong dan memancing kemarahan Bondowoso.